Kanker Serviks Gejala, Penyebab & Jenisnya Yang Perlu Kita Ketahui
  Klinik SehatQ
  Articles
  Comment
30
Oct  2023
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel kanker di mulut rahim (serviks). Sebagian besar kasus kanker ini disebabkan oleh human papillomavirus (HPV).
Sistem kekebalan tubuh biasanya dapat melawan virus, termasuk HPV. Namun bila sistem imun tidak mampu memberantasnya, infeksi HPV bisa terjadi dan berpotensi memicu penyakit kanker serviks.
Berdasarkan data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker serviks menempati urutan kedua tertinggi di Indonesia, yang mencapai 36.633 kasus atau sekitar 9,2% dari total kasus kanker. Sementara, jumlah kematiannya sekitar 21.003 jiwa.
Pada tahap awal, kanker serviks tidak menunjukkan gejala apapun. Pertumbuhannya juga biasa lambat, sehingga jika dideteksi sejak dini, peluang untuk mengobatinya cukup tinggi.
Oleh karena itu, skrining secara rutin penting untuk dilakukan oleh wanita yang memiliki risiko kanker serviks. Salah satu pemeriksaannya Pap smear.
Ada beberapa jenis kanker serviks yang dapat terjadi, yaitu:
Sebagian besar kasus kanker serviks merupakan jenis karsinoma sel skuamosa, dengan persentase mencapai sekitar 70-80%. Penyakit kanker ini berkembang dari sel-sel di ectocervix, yakni permukaan luar leher rahim.
Adenokarsinoma adalah kanker serviks yang berkembang dari sel kelenjar penghasil lendir di endoserviks, yaitu bagian dalam saluran yang membentang dari serviks ke rahim. Kondisi ini terjadi sekitar 20% dari total kasus kanker leher rahim.
Karsinoma adenoskuamosa adalah tumor ganas yang memiliki sel kanker skuamosa dan adenokarsinoma. Namun, jenis kanker serviks ini termasuk langka karena hanya menyumbang sekitar 5-6% dari total kasus.
Gejala kanker serviks umumnya tidak ada pada stadium awal. Kanker ini baru menimbulkan keluhan pada penderita ketika sudah memasuki tahap lanjut.
Ciri-ciri kanker serviks tahap lanjut tersebut meliputi:
Kanker serviks juga dapat menyebar ke jaringan dan organ lain. Akibatnya, penderita akan mengalami tanda-tanda berikut:
Penyebab kanker serviks adalah mutasi sel mulut rahim sehingga berubah menjadi sel-sel abnormal. Sel-sel ini kemudian mengalami pertumbuhan tidak terkendali dan memicu sel-sel sehat mati.
Sel-sel tersebut lalu menumpuk menjadi tumor dan dapat menyebar ke organ atau jaringan lain. Penyebab kanker serviks sampai saat ini masih belum jelas. Meski demikian, infeksi human papillomavirus (HPV) dipercaya menjadi salah satu penyebab utamanya.
Sementara Beberapa faktor risiko kanker serviks lainnya meliputi:
Diagnosis kanker serviks pada tahap awal dapat dilakukan dengan wawancara mengenai gejala yang Anda alami dan riwayat penyakit yang diderita, serta pemeriksaan fisik.Â
Jika mencurigai gejala Anda sebagai tanda kanker serviks, dokter akan menyarankan beberapa pemeriksaan di bawah ini untuk memastikan diagnosis kanker leher rahim:
Pap smear dilakukan dengan cara mengambil sampel jaringan dari leher rahim. Sampel ini lalu diperiksa di laboratorium untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan.
Pemeriksaan ini dapat melihat sel-sel kanker di leher rahim dan perubahan yang mengarah pada kanker serviks. Pap smear dianjurkan untuk dilakukan setiap 3 tahun pada wanita berusia 21-29 tahun.
Pemeriksaan IVA atau inspeksi visual dengan asam asetat adalah metode deteksi awal kanker leher rahim yang mudah dan murah. Tes ini bertujuan mengetahui ada tidaknya abnormalitas pada serviks dengan mengamati kondisinya setelah larutan asam (asam cuka 3-5%) dioleskan.
Asam asetat akan memperlihatkan dan menandai sel prakanker (jika ada) dengan perubahan warna agak keputihan. Hasilnya dapat diketahui sekitar 15 menit kemudian.
Bila hasilnya normal, Anda akan dianjurkan mengulangi pemeriksaan oleh bidan atau petugas puskesmas setidaknya 3 tahun sekali. Sementara, jika hasilnya abnormal, tenaga medis akan merujuk Anda menjalani pemeriksaan lebih lanjut ke dokter.
Tes HPV DNA hampir mirip dengan Pap smear, jadi kedua tes ini biasanya dilakukan bersamaan. Dokter akan mengambil sampel jaringan dari mulut rahim dan mengirimkannya ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut.
Analis akan menilai ada tidaknya sel mulut rahim yang mengandung materi genetik dari virus HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks.
Kolposkopi adalah pemeriksaan untuk melihat area serviks yang abnormal. Dalam prosedur ini, dokter akan memasukkan spekulum untuk membuka vagina dan melihat kondisi leher rahim.
Selanjutnya, dokter akan menggunakan alat yang disebut kolposkop. Alat ini memiliki lampu dan lensa pembesar di ujungnya sehingga dokter dapat melihat jaringan vagina serta serviks dengan lebih jelas.
Wanita yang memiliki hasil tes abnormal saat Pap smear direkomendasikan untuk menjalani tes kolposkopi.
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan dari tumor serviks untuk diperiksa di bawah mikroskop. Ahli patologi kemudian akan menganalisis apakah sampel tersebut termasuk kanker atau bukan.
Tes ini dapat membantu dokter mendiagnosis kanker secara pasti. Jika hasilnya menunjukkan adanya kanker leher rahim, Anda akan dirujuk ke dokter onkologi bagian ginekologi.
Pemeriksaan ini umumnya digunakan untuk membantu mendiagnosis indikasi kanker serviks, serta mengetahui tingkat penyebaran sel kanker. Beberapa tes pencitraan yang mungkin disarankan oleh dokter meiputi , rontgen CT scan, MRI, dan PET scan.
Pemeriksaan penunjang di atas juga bertujuan menentukan stadium kanker serviks, yang secara umum meliputi:
Pada stadium ini, kanker serviks hanya terdapat di mulut rahim dan belum menyebar.Â
Sel kanker telah tumbuh sampai di luar mulut rahim dan rahim, namun belum menyebar ke dinding rongga panggul serta bagian bawah vagina.Â
Stadium 3 kanker serviks dibagi menjadi stadium 3A dan 3B. Pada stadium 3A, sel kanker telah meluas ke bagian bawah vagina, tapi belum menyebar ke dinding rongga panggul.
Sedangkan pada stadium 3B, kanker telah menyebar ke dalam dinding rongga panggul dan menyumbat saluran kemih sehingga dapat menyebabkan pembesaran ginjal (hidronefrosis) serta masalah ginjal.
Kanker sudah menyebar ke organ tubuh lain yang terdekat (seperti kandung kemih dan rektum) atau ke organ tubuh lain yang jauh (seperti paru-paru, usus, dan tulang).
Cara kanker serviks umumnya akan tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan seberapa lama pasien sudah mengalaminya.
Beberapa tindakan medis yang umumnya disarankan oleh dokter meliputi:
Pasien kanker serviks stadium awal, dokter dapat menganjurkan operasi pengangkatan rahim atau histerektomi. Prosedur ini bertujuan menyembuhkan sekaligus mencegah kembalinya kanker. Namun sebagai risikonya, pasien tidak bisa hamil di kemudian hari.
Ada 2 jenis histerektomi, yaitu histerektomi sederhana dan histerektomi radikal. Histerektomi sederhana dilakukan pada pasien kanker serviks stadium awal dengan mengangkat rahim.
Sementara, histerektomi radikal dijalankan dengan mengangkat rahim, leher rahim, saluran tuba, ovarium, bagian dari vagina, kelenjar getah bening, dan jaringan lemak
Prosedur kemoterapi bisa dilakukan dengan pemberian obat suntik maupun obat minum untuk mematikan sel kanker. Tindakan medis ini biasanya digabungkan dengan terapi radiasi (radioterapi).Â
Obat kemoterapi akan menyebar ke seluruh tubuh pasien untuk membunuh sel-sel kanker serta mengendalikan kanker serviks stadium lanjut yang tidak dapat disembuhkan.
Kemoterapi dapat digabung dengan radioterapi, yang disebut kemoradiasi. Prosedur, ini bertujuan meningkatkan efektivitas terapi.
Terapi radiasi atau radioterapi adalah prosedur yang menggunakan sinar bertenaga tinggi yaitu sinar-X, untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini dapat diberikan secara eksternal, internal, atau keduanya secara bersamaan.
Pada terapi target, dokter akan memberikan obat untuk menghambat pembentukan pembuluh darah baru pada tumor, sehingga tumor tidak bisa berkembang.
Berdasarkan stadium yang dialaminya, berikut adalah perkiraan angka harapan hidup penderita kanker serviks:
Jika tidak ditangani dengan baik, kanker serviks dapat menyebabkan komplikasi berupa:
Hingga saat ini, belum ada cara mencegah kanker serviks secara total. Namun, mendapatkan vaksin HPV dapat membantu melindungi Anda dari infeksi virus yang bisa memicu penyakit ini.
Menurut rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin HPV diberikan pada anak dan remaja berusia 9-14 tahun sebanyak 2 dosis dengan jeda 6-15 bulan.Â
Sementara, perempuan berumur 15 tahun atau lebih bisa mendapatkan vaksin HPV sebanyak 3 dosis dengan jeda 0, 1, dan 6 bulan setelah penyuntikan pertama untuk vaksin bivalen, atau 0, 2, dan 6 bulan sesudah penyuntikan pertama untuk vaksin quadrivalent.
Selain menjalani vaksin kanker serviks, Anda juga bisa melakukan beberapa hal di bawah ini untuk mengurangi risiko kanker leher rahim:
Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami gejala yang mengarah pada kanker serviks, misalnya perdarahan pada vagina di luar periode haid, sesudah berhubungan seksual, atau setelah menopause.
Walau tidak selalu terkait dengan kanker serviks, pemeriksaan tetap perlu dilakukan agar masalah bisa terdeteksi sedini mungkin dan mendapat penanganan yang sesuai.
  Share Post
(62)21 3117 3118
Need information? Call us
sales@kliniksehatq.com
Need support? Drop us an email
Mon-Fri 08 - 16 | Sat 08 - 14
Our business hours